Bayangan ancaman Israel terhadap Turkiye semakin mengemuka setelah pernyataan kontroversial dari wartawan Israel, Eyal Berkowitz...
Bayangan ancaman Israel terhadap Turkiye semakin mengemuka setelah pernyataan kontroversial dari wartawan Israel, Eyal Berkowitz. Ia menyebut Turkiye sebagai "final boss" yang menjadi target selanjutnya, setelah Hamas dan Iran dikalahkan. Ungkapan ini memicu kekhawatiran bahwa Israel bisa saja kembali melancarkan serangan militer serupa ke instalasi sensitif Turkiye.
Eyal Berkowitz menggambarkan rangkaian serangan Israel seperti skema turnamen: “In the quarterfinals, we drew with Hamas and defeated them on penalties. Then we defeated Iran in the semifinals. In the final, our opponent is Turkey.” Itu seakan menjadi peringatan publik bahwa Turkiye kini berada di ujung sasaran berikutnya.
"In the quarterfinals, we drew with Hamas and defeated them on penalties. Then we defeated Iran in the semifinals. In the final, our opponent is Turkey."
Terjemahan:
"Di perempat final, kami bermain imbang dengan Hamas dan menang lewat adu penalti. Lalu kami mengalahkan Iran di semifinal. Di final, lawan kami adalah Turki."
Kutipan ini disampaikan oleh jurnalis Israel, Eyal Berkowitz, dalam sebuah pernyataan yang viral, menggambarkan konflik di Timur Tengah seolah-olah seperti turnamen sepak bola, dengan Turkiye diposisikan sebagai lawan puncak Israel berikutnya setelah genosida di Gaza dan serangan ke Iran.
Jika Israel benar melancarkan operasi militer ke Turkiye, skenarionya akan sangat mirip dengan serangan ke fasilitas nuklir Iran. Pesawat tempur dan drone diprediksi akan menargetkan instalasi kritis, termasuk pangkalan militer dan inderaja pertahanan udara Turkiye.
Ekonomi Turkiye bisa terpukul hebat oleh serangan semacam itu. Infrastruktur gas dan minyak, pelabuhan, bandara, serta jaringan transportasi bisa mengalami kerusakan signifikan. Kerugian langsung diperkirakan mencapai puluhan miliar dolar AS dalam hitungan minggu.
Selain kerusakan fisik, sektor pariwisata Turkiye yang menyumbang sekitar 12% dari PDB juga akan ambrol karena penurunan wisatawan asing akibat ketidakstabilan keamanan. Nilai tukar lira Turki juga akan merosot tajam akibat kekacauan ekonomi dan kekhawatiran pasar global.
Korban jiwa dalam serangan awal mungkin berkisar ribuan orang, baik sipil maupun militer. Sementara itu, ratusan hingga ribuan warga sipil terancam kehilangan tempat tinggal akibat kejatuhan rudal dan serangan udara.
Kemungkinan serangan ke Turkiye ini akan menimbulkan gelombang protes di masyarakat Turki. Ribuan warga turun ke jalan, menuntut pemerintah untuk meningkatkan kesiapan militer dan mengambil langkah tegas mempertahankan kedaulatan.
Presiden Turkiye diperkirakan akan segera mengaktifkan sistem pertahanan Patriot dan S-400 sebagai respons. Pasukan anti-rudal dan udara juga disiagakan, dengan kesiapan penuh untuk menghadapi serangan balasan dari Israel.
Di Dewan Keamanan PBB, delegasi Turki akan menyampaikan protes keras dan menyerukan perlindungan internasional sekaligus mengecam serangan unilateral. Negara-negara sahabat Turkiye diprediksi akan mendukung langkah diplomasi ini.
NATO pun diperkirakan akan terlibat, karena Turkiye adalah anggota penting aliansi tersebut. Jika serangan dikonfirmasi, Turkiye dapat mengaktifkan Pasal 5 sebagai pertahanan kolektif, memaksa dukungan militer dari negara anggota lainnya.
Ekonomi global juga akan terkena dampak. Turkiye adalah simpul penting perdagangan Eropa-Asia. Gangguan distribusi barang melalui Bosphorus dan Daratan Anatolia akan memperlambat rantai pasok global, menambah tekanan inflasi internasional.
Pasar energi juga akan terguncang. Turkiye adalah jalur transit gas dan minyak ke Eropa. Rusaknya jalur ini bisa memicu lonjakan harga energi global yang cepat dan tajam.
Dampak sosial berupa gelombang pengungsi internal pun kemungkinan besar terjadi. Ribuan keluarga yang kehilangan tempat tinggal akan mengungsi ke kota-kota besar seperti Istanbul dan Ankara, menambah tekanan sosial dan layanan publik.
Respons internasional terhadap skenario serangan ke Turkiye akan beragam. Amerika Serikat kemungkinan akan menghadapi dilema berat: apakah tetap menyokong Israel atau ikut mengecam dan membela sekutu NATO-nya.
Turki sudah lama memainkan peran strategis di Suriah dan Laut Mediterania. Serangan semacam ini akan memaksa Ankara melakukan perubahan strategi pertahanan dan diplomatik besar-besaran.
Selain itu, Turkiye bisa meningkatkan kerjasama keamanan dengan negara-negara seperti Qatar, Pakistan, dan Rusia demi memperkuat pertahanan udara dan rudalnya melawan ancaman serupa di masa depan.
Skema pertahanan bersama ini bisa jadi memicu perlombaan militer regional baru, dengan lapisan persenjataan canggih dan kerjasama lintas negara yang sebelumnya tak terbayangkan.
Jika skenario ini berlanjut, maka ancaman Israel terhadap Turkiye bisa menandai babak baru dalam ketegangan Timur Tengah–Eropa. Bukan sekadar konflik regional, tapi hubungan aliansi global akan diuji.
Sebagai final boss berikutnya, Turkiye harus siap dengan konsekuensinya. Meski belum resmi diserang, bayangan serangan ini telah membuat seluruh negeri bersiaga. Dunia kini memperhatikan, apakah Israel benar-benar berniat melancarkan tindakan terhadap Turkiye? Konsekuensinya tidak hanya bagi Turkiye, tapi geopolitik global.
COMMENTS