Sisi Gelap Senjata Penyakit di Masa Penjajahan
Homesejarah

Sisi Gelap Senjata Penyakit di Masa Penjajahan

Sejarah penjajahan di berbagai belahan dunia memang kerap dipenuhi kisah kelam dan kejam. Salah satu sisi tergelap yang jarang d...

Misteri Raja Tubba’ dari Yaman dan Negeri Zabag di Nusantara
Kesultanan Serdang dalam Sebuah Catatan
Duterte Tegaskan Lapulapu Muslim, Bukti Sejarah Manila & Brunei Menguatkan

Sejarah penjajahan di berbagai belahan dunia memang kerap dipenuhi kisah kelam dan kejam. Salah satu sisi tergelap yang jarang diangkat ke permukaan adalah penggunaan penyakit sebagai senjata untuk melemahkan musuh dan menundukkan bangsa-bangsa lain. Praktik biadab ini sudah berlangsung berabad-abad, jauh sebelum dunia mengenal istilah perang biologis.

Di abad ke-13, pasukan Tartar dari Mongolia yang dipimpin Kubilai Khan tercatat sebagai salah satu pelopor taktik ini. Saat mengepung sebuah benteng di kawasan Eropa Timur, serdadu Tartar melemparkan mayat-mayat korban penyakit Black Death ke dalam benteng lawan. Mayat-mayat itu menyebarkan wabah pes yang mematikan dan membuat benteng musuh lumpuh tanpa perlu banyak pertumpahan darah.

Metode keji serupa kembali terjadi di abad ke-18. Pada 1763, tentara Inggris membagikan selimut bekas penderita cacar kepada suku Indian di Amerika Utara. Dengan dalih pemberian bantuan, Inggris justru menyebarkan wabah yang memusnahkan 90 persen penduduk asli di kawasan tersebut. Cara itu dipilih karena lebih murah dibandingkan menembaki penduduk asli dengan peluru.

Tak berhenti di sana, sejarah mencatat bahwa sepanjang era penjajahan, Inggris disebut-sebut bertanggung jawab atas kematian lebih dari 150 juta jiwa di berbagai penjuru dunia. Dari Asia, Afrika, hingga benua Amerika, jejak kekejaman bangsa ini menyisakan luka kemanusiaan yang dalam.

Spanyol juga pernah melakukan aksi serupa pada 1495. Kala itu, pasukan Spanyol mencampurkan wine dengan darah penderita kusta, lalu menjualnya ke wilayah Perancis, Naples, dan Italia. Minuman tersebut menjadi media penularan penyakit yang sengaja disebarkan untuk melemahkan kekuatan musuh.

Di Asia Timur, tentara Jepang semasa Perang Dunia II tercatat mencemari lebih dari seribu sumber air di China dengan kuman kolera dan tipus. Ribuan penduduk sipil menjadi korban tanpa sempat mengetahui penyebabnya. Jepang bahkan melemparkan bom keramik berisi basilus antraks ke sejumlah wilayah.

Negara besar lain seperti Uni Soviet juga tak mau ketinggalan. Mereka diketahui mengembangkan senjata biologis berbasis virus-virus mematikan seperti Marburg, Ebola, dan Arena. Meski sebagian proyeknya bersifat rahasia, dokumen-dokumen lama dan kesaksian mantan ilmuwan membenarkan fakta tersebut.

Kekejaman berbasis senjata penyakit bukan hanya milik bangsa-bangsa besar di Eropa dan Asia. Di Nusantara sendiri, VOC pernah menggunakan metode serupa saat berkuasa di Batavia. Puncaknya terjadi ketika Kesultanan Mataram menyerang Batavia pada 1628 di bawah pimpinan Sultan Agung Hanyokrokusumo.

Batavia kala itu tak hanya dikepung secara militer, tetapi juga mengalami krisis kesehatan yang parah. VOC disebut-sebut menyebarkan kotoran manusia secara sengaja di sekitar kota untuk menciptakan wabah penyakit di antara penduduk Mataram yang mengepung. Kondisi itu membuat kota ini dijuluki sebagai “kota tahi.”

Julukan ini bukan sekadar olok-olok rakyat, tapi tercatat di tiga dokumen sejarah penting. Di antaranya Babad Tanah Jawi, History of Java karya T.S. Raffles, dan Babad Diponegoro. Pangeran Diponegoro sendiri mencatat betapa kotor dan busuknya kondisi Batavia akibat ulah VOC kala itu.

Bahkan, bukan hanya penyakit fisik, VOC juga menggunakan taktik penyebaran penyakit sosial seperti adu domba antarbangsa pribumi dan penyebaran alkohol serta perjudian. Semua dilakukan demi memperlemah semangat perlawanan masyarakat lokal terhadap kekuasaan kolonial.

Kebijakan VOC yang semena-mena terhadap sanitasi dan kesehatan warga Batavia saat itu menyebabkan kota tersebut menjadi salah satu wilayah dengan angka kematian tertinggi di Asia Tenggara. Wabah disentri, malaria, kolera, dan berbagai penyakit menular lain merajalela di antara penduduk.

Para budayawan Betawi pun tak menampik sejarah kelam tersebut. Walau kini Jakarta telah menjelma jadi kota metropolitan modern, jejak masa lalunya yang muram tetap terekam di berbagai naskah lama. Sebagian warga bahkan masih percaya bahwa penyakit-penyakit lama itu sesekali “bangkit” saat musim penghujan tiba.

Kisah penjajahan berbasis senjata penyakit ini menunjukkan betapa kekuasaan seringkali menghalalkan segala cara. Baik dengan senjata api, tipu daya, maupun penyakit, tujuan akhirnya tetap sama: menundukkan dan menguasai bangsa lain.

Perang biologis di masa lalu memang tak sekompleks teknologi senjata kimia modern. Namun efeknya jauh lebih mematikan karena menargetkan warga sipil tak bersalah yang tak pernah terlibat dalam peperangan.

Sejarah mencatat bahwa penjajahan bukan hanya soal perebutan wilayah dan kekayaan alam. Tapi juga soal pengendalian populasi dan penghancuran moral bangsa-bangsa jajahan. Dan penyakit kerap dijadikan alat untuk tujuan itu.

Kini, setelah berabad-abad berlalu, sisa-sisa kisah kelam tersebut perlahan terungkap lewat berbagai dokumen sejarah dan penelitian modern. Membuktikan bahwa peradaban modern dibangun di atas tumpukan korban ketidakadilan masa lampau.

Bangsa Indonesia sebagai salah satu bekas jajahan patut mengambil pelajaran dari sejarah itu. Bahwa kemerdekaan bukan sekadar soal lepas dari penjajah, tapi juga soal membebaskan diri dari warisan mentalitas korban dan membangun kekuatan mandiri.

Sejarah penyakit sebagai senjata kolonial adalah babak gelap yang tak boleh dilupakan. Karena bangsa yang abai sejarahnya, adalah bangsa yang rentan jatuh ke lubang yang sama di masa depan.

Dibuat oleh AI

Nama

akademisi,2,arsitektur,12,baru,15,bekasi,1,bisnis,8,bogor,1,bugis,1,cikarang,1,cirebon,2,daerah,1,depok,2,dkijakarta,1,ekonomi,1,english,6,greater jakarta,9,hiburan,12,hukum,3,internasional,61,karawang,1,nasional,15,olahraga,1,pendidikan,14,pengamat,4,politik,25,purwakarta,1,sejarah,5,sosial,1,sukabumi,2,tangerang,1,teknologi,12,tokoh,1,top,11,universitas,1,wisata,7,
ltr
item
Greater Jakarta: Sisi Gelap Senjata Penyakit di Masa Penjajahan
Sisi Gelap Senjata Penyakit di Masa Penjajahan
https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjQI2eDPREOu5tq4NzmIClVN0oEPFLnerOSrvUkXL-KQlSeoGM8lTdvkdMG1e7_NhSGk5pk_eDTJEWDKVgOb0o1wRiQI5j967B-HwZlTVY35F5WbYIRvAYcBMTMQLU4V1H2viRs4EXd2F37mlrp7NLScjYZ1sbVLEXF-uI3RYDeMBx2umw8kqpBieAmYQ
https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjQI2eDPREOu5tq4NzmIClVN0oEPFLnerOSrvUkXL-KQlSeoGM8lTdvkdMG1e7_NhSGk5pk_eDTJEWDKVgOb0o1wRiQI5j967B-HwZlTVY35F5WbYIRvAYcBMTMQLU4V1H2viRs4EXd2F37mlrp7NLScjYZ1sbVLEXF-uI3RYDeMBx2umw8kqpBieAmYQ=s72-c
Greater Jakarta
https://greater-jakarta.blogspot.com/2025/06/sisi-gelap-senjata-penyakit-di-masa.html
https://greater-jakarta.blogspot.com/
http://greater-jakarta.blogspot.com/
http://greater-jakarta.blogspot.com/2025/06/sisi-gelap-senjata-penyakit-di-masa.html
true
6947194472983378553
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy