Konflik bersenjata antara Israel dan Iran yang terus memanas memicu respons cepat dari dunia Islam. Organisasi Kerja Sama Islam ...
Konflik bersenjata antara Israel dan Iran yang terus memanas memicu respons cepat dari dunia Islam. Organisasi Kerja Sama Islam (OIC/OKI) menggelar pertemuan luar biasa di Istanbul untuk menyikapi perkembangan terbaru tersebut. Agenda utama forum ini adalah membahas eskalasi ketegangan kawasan dan menyusun langkah diplomatik bersama guna meredakan situasi.
Pertemuan tersebut menjadi salah satu yang terbesar sepanjang sejarah OIC. Lebih dari 40 menteri luar negeri dari 57 negara anggota hadir dalam sidang Dewan Menteri Luar Negeri ke-51, dengan total peserta mencapai 1.000 orang. Kehadiran tinggi itu dinilai sebagai sinyal kuatnya perhatian negara-negara Muslim terhadap konflik yang berpotensi meluas di Timur Tengah.
Pertemuan OIC di Istanbul berlangsung di tengah serangan Israel ke Iran yang memicu kekhawatiran regional. Israel menyerang Iran dan membunuh pejabat, ilmuwan nuklir dan warga setempat di Teheran beberapa waktu lalu. Serangan ini pun mengubah peta konflik yang selama ini berfokus di Gaza.
Selain negara-negara Timur Tengah, negara anggota dari Asia Tenggara dan Asia Selatan turut aktif dalam forum ini. Indonesia, Pakistan, dan Bangladesh menegaskan pentingnya upaya damai segera agar ketegangan tidak meluas ke negara-negara tetangga. Delegasi Indonesia bahkan menyatakan keprihatinan khusus terhadap dampak serangan ini terhadap warga sipil Palestina.
Pertemuan itu juga dihadiri Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang didampingi Menteri Luar Negeri Hakan Fidan. Erdogan dijadwalkan menyampaikan pidato khusus untuk menekankan posisi Turki yang menginginkan kawasan bebas konflik dan memperkuat solidaritas dunia Islam. Erdogan selama ini dikenal vokal menentang agresi Israel di Gaza.
Salah satu pokok pembahasan utama adalah nasib Palestina di tengah eskalasi konflik Iran-Israel. Banyak negara peserta menilai bahwa Israel sengaja memanfaatkan situasi untuk memperluas operasi militernya di Tepi Barat dan Gaza. Karena itu, OIC sepakat untuk menempatkan isu Palestina tetap sebagai prioritas utama.
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi hadir langsung dalam pertemuan tersebut dan memberikan penjelasan soal alasan negaranya melakukan serangan balasan ke Israel. Ia menyebut langkah itu sebagai pembelaan diri atas serangan Israel sebelumnya terhadap fasilitas militer dan ilmuwan negaranya. Araghchi menegaskan Iran tidak bermaksud memicu perang terbuka di kawasan.
Sementara itu, negara-negara Teluk seperti Qatar, Saudi, dan Uni Emirat Arab mengambil sikap hati-hati. Mereka mengutuk agresi Israel namun juga menyerukan Iran untuk menahan diri agar ketegangan tidak memicu konflik sektarian lebih luas. Beberapa negara khawatir bentrokan langsung kedua negara itu akan memicu instabilitas di kawasan Teluk.
Indonesia dalam kesempatan itu menyatakan sikap tegas menolak segala bentuk agresi dan mendesak agar kedua pihak menghentikan aksi militer. Menteri Luar Negeri Indonesia menyampaikan bahwa dunia Islam harus tampil sebagai kekuatan moral untuk meredakan ketegangan, sekaligus membela hak-hak rakyat Palestina yang kembali jadi korban.
Turki, sebagai tuan rumah, berperan aktif menyatukan pandangan negara-negara anggota yang sempat berbeda sikap. Erdogan meminta agar semua pihak mengedepankan prinsip solidaritas umat Islam, tanpa membiarkan konflik ini dimanfaatkan pihak luar untuk memecah belah kawasan.
Selain isu utama Israel-Iran, forum itu juga membahas ancaman kemanusiaan yang terus memburuk di Gaza. Data terbaru menunjukkan jumlah korban sipil Palestina kembali meningkat akibat serangan Israel yang berbarengan dengan ketegangan di perbatasan Iran. Beberapa delegasi menuduh Israel sengaja mengintensifkan operasi militernya di Gaza saat perhatian dunia teralih ke Iran.
Ketegangan tersebut juga berdampak ke berbagai negara tetangga. Lebanon, Suriah, dan Irak mengalami ketegangan keamanan akibat pemboman Israel yang mengakibatkan korban jiwa. Beberapa insiden baku tembak dan serangan roket dilaporkan terjadi di perbatasan selama pekan terakhir.
OIC menyepakati akan membentuk tim diplomatik khusus untuk menggalang dukungan internasional agar Dewan Keamanan PBB segera mengambil sikap terhadap agresi Israel dan mendorong gencatan senjata kedua pihak. OIC juga menyerukan agar embargo senjata ke Israel dipertimbangkan kembali.
Para peserta sepakat bahwa konflik ini harus diselesaikan melalui jalur diplomasi multilateral. Beberapa negara seperti Pakistan dan Malaysia mendorong digelarnya Konferensi Perdamaian Timur Tengah di bawah payung OKI dengan melibatkan kekuatan regional dan internasional yang kredibel.
Situasi yang berkembang ini juga memberikan tekanan kepada negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, yang selama ini dikenal sebagai sekutu utama Israel. Beberapa delegasi menilai sikap AS cenderung berat sebelah dan menghambat upaya penyelesaian damai di kawasan, termasuk penggunaan veto di DK PBB yang membuat genosida Israel di Gaza terus berlanjut.
Sejumlah negara Afrika anggota OIC, termasuk Libya, Aljazair, dan Sudan, turut menyampaikan keprihatinan atas dampak kemanusiaan yang terus memburuk. Mereka meminta agar organisasi kemanusiaan internasional segera meningkatkan bantuan ke Gaza dan wilayah perbatasan Lebanon yang juga terdampak.
Selain itu, ketegangan ini berpengaruh ke sektor ekonomi kawasan, termasuk jalur pelayaran di Selat Hormuz dan Teluk Aden. Beberapa negara menyampaikan kekhawatiran terhadap potensi gangguan perdagangan energi dan bahan pangan yang bisa berdampak global.
Kesepakatan sementara dari pertemuan OIC itu adalah membentuk komite diplomatik yang dipimpin Turki, Iran, Qatar, dan Indonesia untuk menyiapkan draf resolusi gabungan yang akan diajukan ke PBB. Isinya antara lain desakan penghentian agresi Israel, perlindungan terhadap warga sipil, dan dimulainya proses perundingan damai yang adil.
Pertemuan ini menjadi momentum penting bagi dunia Islam untuk menunjukkan soliditas menghadapi ancaman kawasan. Sebagian pengamat memandang bahwa keberhasilan Turki menyatukan sikap negara-negara anggota OKI bisa mengukuhkan perannya sebagai kekuatan diplomasi regional.
Dewan Menteri Luar Negeri OKI dijadwalkan kembali bersidang dalam waktu dekat untuk membahas langkah lanjutan. Sementara itu, situasi di Timur Tengah masih terus memanas, dengan potensi bentrokan susulan di Gaza dan wilayah perbatasan Iran-Israel.
Dibuat oleh AI
COMMENTS